Tabernakel – Warna Ungu: Kemuliaan dan Kebesaran Raja

 

Mari kita memperdalam pengetahuan kita mengenai Tabernakel, rumah suci yang menjadi tempat kehadiran ilahi Allah di tengah-tengah umat-Nya. Kali ini, fokus kita akan tertuju pada warna ungu yang melambangkan kemuliaan dan kebesaran Raja. Mari kita pelajari di mana saja warna ungu ini hadir dalam Tabernakel.

1. Pintu Gerbang:
Di pintu gerbang Tabernakel, warna ungu bersanding dengan warna biru, merah, dan putih. Pintu ini mengajarkan kepada kita bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan manusia (Yohanes 10:9; 14:6). Warna ungu di pintu gerbang menunjukkan siapakah Yesus, yaitu Raja yang mulia dan berkuasa.

2. Pintu Kemah:
Pintu masuk ke dalam Kemah Suci juga diberkahi dengan kehadiran warna ungu. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan senantiasa menyediakan jalan bagi manusia untuk mendekat kepada-Nya, tetapi hanya melalui satu pintu. Pintu ini menggambarkan Yesus sebagai satu-satunya jalan ke dalam hadirat Allah (Kisah Para Rasul 4:10-12).

3. Tabir dan Tenda:
Dalam Tabernakel, warna ungu hadir pada tabir dan tenda. Ini mengandung makna yang mendalam bahwa Yesus adalah Raja yang mengendalikan segala sesuatu, termasuk ruang kudus dalam Tabernakel.

4. Baju Imam:
Baju Imam, yang dikenakan oleh imam besar, juga terbuat dari kain ungu. Ini menunjukkan bahwa imam besar adalah pemimpin rohani yang diurapi oleh Tuhan dan memerankan peran penting dalam pelayanan kepada umat-Nya.

 

Warna Ungu melambangkan kemasyuran dan kebesaran Raja. Menurut sejarah zaman dahulu warna kain tidak seperti jaman modern ini yang bisa dengan sangat mudah mewarnai kain dengan aneka warna. Untuk bisa memiliki kain dengan warna tertentu diperlukan proses yang cukup panjang dan rumit. Contohnya warna Ungu ini merupakan salah satu warna termahal yang hanya bisa dimiliki oleh orang kaya atau Keluarga Kerajaan.


Alasan reputasi agung ungu bermuara pada kasus penawaran dan permintaan sederhana. Selama berabad-abad, perdagangan pewarna ungu berpusat di kota Tirus Fenisia kuno di Lebanon modern. "Ungu Tyrian" Fenisia berasal dari spesies siput laut yang sekarang dikenal sebagai Bolinus brandaris, dan sangat langka sehingga menjadi bernilai emas. Untuk memanennya, pembuat pewarna harus membuka cangkang siput, mengeluarkan lendir penghasil warna ungu, dan memaparkannya ke sinar matahari untuk waktu yang tepat. Butuh sebanyak 250.000 moluska untuk menghasilkan hanya satu ons pewarna yang dapat digunakan, tetapi hasilnya adalah warna ungu yang cerah dan tahan lama.


Pakaian yang terbuat dari pewarna sangat mahal — satu pon wol ungu harganya lebih mahal daripada yang diperoleh kebanyakan orang dalam setahun — jadi pakaian itu secara alami menjadi ciri khas orang kaya dan berkuasa. Juga tidak ada salahnya bahwa ungu Tyrian dikatakan menyerupai warna darah yang menggumpal — warna yang konon membawa konotasi ilahi. Monopoli ungu kelas kerajaan akhirnya berkurang setelah jatuhnya kekaisaran Bizantium pada abad ke-15, tetapi warna tersebut baru tersedia secara luas pada tahun 1850-an, ketika pewarna sintetis pertama memasuki pasar.


Hanya ada satu pintu masuk ke dalam Pelataran Tabernakel dan dari sana ke dalam Kemah Suci. Allah selalu mempunyai jalan bagi manusia untuk datang kepada-Nya, tetapi hanya satu pintu. Didalam Tabernakel “Pntu Gerbang” berbicara mengenai Yesus adalah Pintu satu-satunya agar manusia dapat diselamatkan (Yoh.10:9; 14:6), rasul Petrus menguatkan bahwa ya melalui satu. Nama, Nama Yesus, manusia dapat diselamatkan (Kis.4:10-12), maka warna kain Pintu Gerbang menunjuk pada siapakah Yesus. Ada 4 warna pada kain Pintu Gerbang yaitu Ungu-Biru-Merah-Putih.

Saat ini kita akan mempelajari satu warna yaitu warna Ungu.Ungu muda atau ungu adalah warna kebesaran raja. Hakim-hakim 8:26 berbicara tentang “pakaian kain ungu muda yang dipakai oleh raja-raja Midian.” Mordekhai memakai “pakaian kerajaan dari pada... kain ungu muda” (Est.8:15). Belsyazar menghormati Daniel karena mengartikan makna tulisan pada dinding istana, Daniel dikenakan “pakaian dari kain ungu” (Dan.5:29).

Warna ungu menunjuk suatu tanda penghargaan dan .kedudukan, menunjuk pada salah satu ‘sifat’ Yesus yang adalah Allah yang bertabernakel (berdiam) dalam manusia sebagai Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan (1Tim.1:17; 6:15-16; 19:13,16). Matius menulis silsilah panjang untuk menampilkan Yesus sebagai Mesias, Raja dari takhta kekal Daud yang dijanjikan Allah (Mat.1:1-17, menggenapi 2Sam.7:12-16).


Beberapa saat lagi kita akan merayakan Natal. Berbicara tentang Natal pasti kita ingat juga tentang Orang Majus. Orang majus dari Timur (Mat. 2:1-18) mungkin adalah ahli nujum. Mereka digambarkan sebagai orang --> bukan Yahudi yang tidak mengenal PL (Mat. 2:2-6). Tradisi kemudian mengira, berdasarkan Yes. 60:3, mereka adalah raja-raja dan malah memberikan nama-nama Kaspar, Melkhior dan Baltasar. Ceritanya mengandung ciri-ciri yang mustahil -- bintang yang bergerak apakah para orang majus itu hanya bepergian di waktu malam saja?), yang berhenti tepat di atas tempat yang dimaksud (Mat. 2:9). Tetapi, dengan petunjuk benda langit itu sekalipun, mereka harus menandakan lebih lanjut kepada --> Herodes (Mat. 2:8-9). Dengan cerita ini Matius hendak menyatakan bahwa Kristus adalah Raja semesta (diakui oleh orang-orang bukan Yahudi), dan lagi bahwa semua keahlian sihir dan takhayul ditundukkan kepada Tuhan.


Sama seperti Orang2 Majus demikian juga kehidupan kita sebagai orang kafir (non Yahudi) yang dianggap tidak berlayak namun oleh Kemurahan TUHAN kita dilayakkan untuk menjadi umatNYA. Orang Majus datang dengan suatu usaha yang tidak mudah, mereka harus menempuh jarak -/+ 400miles (-/+643km) dengan mengikuti “bintang”. Orang Majus datang dengan penuh kerendahan hati, buktinya adalah mereka menyembah Tuhan Yesus Kristus melepas segala atribut jabatan yang mereka miliki. Yang terakhir adalah Orang Majus memberikan persembahan yang terbaik dari apa yang mereka miliki, persembahan berharga yang khusus dipersembahkan bagi seorang Raja.


Saat ini marilah kita memiliki komitmen yang lebih baik kepada TUHAN. Kita mau selalu mengusahakan untuk bisa datang beribadah kepadaNYA. Kita mau datang dengan segala kerendahan hati kita untuk bisa memuji dan memuliakan namanYA. Kita juga mau datang membawa persembahan yang terbaik yaitu memberi kehidupan kita untuk senantiaa menyenangkan hati Tuhan Yesus Kristus, Raja diatas segala raja!

 

-AYK